Mencoba Menjawab “Siapa yang sesat?” dari Kacamata Penumpang Ojek Online

February 6, 2017 § Leave a comment

“Sesat itu kalau sedikit. Kalau banyak, itu berkat.”, Jakarta 2017.

Fenomena ojek online terjadi beberapa tahun belakangan ini. Masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar mulai diperkenalkan dengan layanan ojek panggilan via smartphone. Mudah, cukup install aplikasinya, daftar lalu langsung bisa menggunakan layanan. Berbagai jenis promo pun bertebaran datang dari para pemain di bidang ini, mencoba menggeser kebiasaan masyarakat para pengguna moda transportasi umum.

Munculnya layanan baru ini tentu tidak hanya semakin memberikan banyak opsi bagi masyarakat. Pilihan moda transportasi bertambah, kompetisi meningkat dan tentu saja customer menjadi diuntungkan. Tetapi, kemunculan layanan ini juga turut disertai dengan berbagai kontroversi mulai dari larangan penggunaan kendaraan beroda dua sebagai moda transportasi umum oleh Kementrian Perhubungan hingga penolakan yang datang dari penguasa status quo dari pemain sebelumnya, Ojek Pangkalan atau kita biasa singkat Opang.

« Read the rest of this entry »

Pekerjaan Roh Kudus

November 15, 2016 § Leave a comment

“Duh, sudah berapa kali motor ini bikin perkara. Kemarin bocor ban belakang, sekarang bocor ban depan!”, Begitu keluhku pada suatu hari. Dengan gontai kudorong motor ini perlahan ke tukang tambal ban di dekat rumah. “Alon-alon waton kelakon“, Ungkapku mantab.

Sesampainya di tempat tujuan, ada 3 orang sedang berdiskusi seru. Nampaknya salah seorang dari mereka kecewa dengan seseorang entah siapa. “Dia membawa-bawa roh kudus untuk masalah yang sebenarnya bisa dia selesaikan dengan akal. Kita kan manusia juga diberi akal. Gw juga bisa bilang kalau gw dikasih tau sama Roh Kudus”, Bagian ini santer terdengar dari kejauhan.

« Read the rest of this entry »

Bertanya pada Dinding

August 4, 2016 § Leave a comment

“Dek, sudah setahun perjalanan ini. Kamu bosan?”.

“Ngga mas. Kita ngga disitu-situ saja mas. Ga muter-muter. Kita bergerak ke arah yang benar. Kenapa harus bosan?”

“Tapi kamu lelah?”

« Read the rest of this entry »

Ayo Dek, Kita Selesaikan di Kamar.

July 24, 2016 § Leave a comment

“Kapanpun kita ada masalah, masuklah ke kamar.  Berdua saja. Aku harap Tuhan pun tidak menguping pembicaraan kita”, Bekasi.

Bagaimana meniadakan konflik rumah tangga? Jelas ini momok buat kami-kami yang berpikir (terlalu) banyak. Bagaimana mungkin dua orang beda latar belakang kemudian tiba-tiba disatukan di bawah satu atap, seumur hidup pula, tidak berkonflik. Wong sama adik kandung sendiri saja pasti bertikai apalagi ini, dengan makhluk Tuhan satu ini. Lawan jenis.

Agaknya saya sulit sekali mengingat kapan terakhir kali saya dan adik-adik melihat bapak dan ibu bertengkar di depan kami. Entahlah, apa memang ingatan saya yang lemah atau memang kedua orang tua saya ini memang tidak pernah bertengkar. Tapi… Ah mana mungkin. Tidak mungkin sepasang manusia ini tidak pernah bertengkar seumur rumah tangga mereka. Tidak mungkin.

« Read the rest of this entry »

[CERPEN] Kaum Terkutuk

July 14, 2016 § Leave a comment

20 tahun yang lalu, perang akhir pun usai sudah. Waktu itu, milyaran orang mati memaksakan ide-ide dan kepentingan-kepentingan mereka atas satu sama lain. Entah apa maksudnya. Aku begini karena tahu bahwa tak ada guna ideku dipaksakan jika aku akhirnya mati. Jadi aku memilih diam, menonton mereka saling bunuh, saling tikam. Tapi di hati kecil ini, aku masih berharap bukan mereka mereka yang menang. Ya begitu, di perang akhir kaumku kalah. Aku pengecut. Lengkap sudah. Semoga kelak aku nanti mati dalam keadaan damai.

Dunia dibawah kekuasaan kaum pembunuh Tuhan berubah begitu cepat, hampir-hampir tak dapat aku mengikuti. Seingatku dulu aku masih mengetik menggunakan laptop keluaran Taiwan yang terkenal itu. Masih ingat tidak? Akupun ragu apakah masih mengingat seperti apa bentuknya. Saat ini, semua orang memiliki komputer tambahan di dalam otaknya masing. Mengetik? Huh, itu kuno. Hanya dengan berpikir saja kami sudah bisa membuat ratusan kata tersimpan di memori. Mau kirim data? Tinggal pikirkan saja, otomatis terkirim. Semuanya serba dipikir. Jemari ini tak begitu lagi berguna. Mati saja.

« Read the rest of this entry »

Memang Nikmat Jadi Diri Sendiri

July 10, 2016 § 3 Comments

“Saya jemput dia. Naik angkot. Jepitan. Kaosan”, Jakarta.

Sudah lama hidup dalam topeng. Jadi orang lain biar dianggap keren. Biar dianggap sukses. Tapi ternyata itu melelahkan sekali. Apa sih hasilnya? Ga ada. Karena sibuk pencitraan sana-sini akhirnya lupa buat menikmati hidup paling hakiki. Apa sih nikmat hidup paling hakiki? Jadi diri sendiri. Udah itu aja ga pake syarat dan ketentuan berlaku.

2 tahun yang lalu di suatu pagi rasa-rasanya pagi kali itu berbeda. Hidup kok hampa begini. Tujuan sih punya tapi ya kok hampir-hampir ga ada yang sepakat sama tujuan itu (baca : kesepian). Ga ada orang yang sepaham sepakat, “Ini lho tujuan kita. Ini lho yang akan kita perjuangkan”. Ga ada.

Atau, umm… hanya belum ada?

Jadi dimulailah petualangan ini. Mulai darimana? Cari “stok lama”!

« Read the rest of this entry »

Tidak Ada TV di Rumah Kami

July 7, 2016 § 5 Comments

“Memilih untuk tidak didikte”, Bekasi.

Sejak menikah kemudian berpisah dengan orang tua, kami berdua memutuskan untuk tidak memiliki Televisi di rumah. Jelas ini adalah keputusan yang “aneh” bagi sebagian orang khususnya di Indonesia. Ide ini sebenarnya datang ketika saya pribadi mengikuti kursus salah satu bahasa asing di Jakarta. Ada 1 orang pengajar yang simpatik menurut saya bercerita tentang konsep rumah dengan ruang keluarga tanpa Televisi, hanya ada rak buku disana. Saya tertarik dengan konsep ini kemudian memendam di dalam hati bahwa suatu saat nanti konsep rumah seperti itulah yang akan saya dirikan.

Setelah menikah saya sampaikan lagi ide ini kepada istri saya dan alhamdulilah istri saya setuju walaupun di awal-awal (jujur saja) banyak pihak kanan-kiri yang mencibir ide ini. “Bagaimana mungkin hidup tanpa Televisi?”, begitu katanya. Tapi ya, ini hidup kami dan kami yang menjalani. Asal kami bersepakat mengenai alasan dan tujuannya, mengapa tidak?

« Read the rest of this entry »

Apa agamamu?

June 19, 2016 § Leave a comment

“Hanya ‘alien’ yang paham”, Bekasi.

Suatu hari ada serombongan duta besar alien dari Planet Jojoba datang ke Bumi. Setiap negara di bumi mengirimkan masing-masing 1 perwakilan untuk mengajukan pertanyaan kepada sang duta besar Alien.

Pertanyaan pertama datang dari wakil Korea Utara. “Siapa pemimpin tertinggimu?”, Tanyanya dengan berapi-api. Kemudian sang Alien menjawab.

Lalu berlanjut dengan wakil dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Rusia, Brazil, Cina, Jepang, dan negara-negara lainnya. Masing-masing dari mereka bertanya seputar riset, teknologi, dan budaya.

Tibalah giliran dari wakil Indonesia. Semua mata tertuju padanya. Menunggu-nunggu apa yang akan dia tanyakan kepada sang duta besar.

Sang wakil mengambil mic, lalu naik ke atas podium dan mulai berseru, “Hai, makhluk alien. APA AGAMAMU?”.

Tiba-tiba semua hening.

Buku Ini Sungguh Mengenyangkan

June 13, 2016 § Leave a comment

“Dia maha pemberi”.

“Kata siapa?”.

“Menurut yang aku baca. Begitu”. Kemudian hening. “Buku ini ini sungguh mengenyangkan”.

“Kau makan buku itu?”

“Tentu saja tidak. Hanya aku baca”.

“Kau baca dan kau kenyang? Aneh”.

Bukan Apa dan Siapa, tetapi Mengapa dan Bagaimana

June 3, 2016 § Leave a comment

“Mau kemana lagi?”, Jakarta.

Seringkali kita terjebak dalam pertanyaan apa dan siapa ketika ingin menentukan jalan hidup kita kedepan. Ketika ditanya, “Nanti kalau sudah besar mau jadi apa?”, maka jawaban yang timbul adalah jawaban-jawaban seperti dokter, tentara, dan profesi-profesi umum lainnya.

Pola pikir tersebut berlanjut hingga kita dewasa. Saat kelulusan bagi sebagian anak-anak muda adalah saat menyenangkan sekaligus menyeramkan. Senang karena sudah berhasil melewati 1 tahap dalam kehidupan mereka dan menyeramkan karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Cita-cita masa kecil seringkali tidak lagi menarik. Profesi-profesi lain menimbulkan keraguan. Mau kemana saya nanti?

Ketika ditanya, “mau jadi apa?” maka yang terlintas di pikiran anak-anak adalah sosok apa dan siapa. Padahal ada pertanyaan yang lebih dalam yang seharusnya bisa menjadi bahan renungan peran serta mereka dalam kehidupan ini. Alasan kuat yang membuat mereka akan tetap berjuang dan menjalani hidup.

Di dalam hidup ini, masing-masing dari kita akan menjalani peran. Adanya peran membuat kita dapat berkontribusi dan dengan berkontribusi maka ada perasaan dimana kita dibutuhkan. Dengan berkontribusi kita dapat mengatakan bahwa eksistensi kita memiliki alasan.

Anak-anak sebagai generasi penerus akan dihadapkan berbagai masalah di dunia ini dan mereka diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi dengan memulai bertanya, “Mengapa saya melakukan itu?”, dan “Bagaimana agar yang saya lakukan itu memberikan dampak dan mempersiapkannya sejak awal?”. Sehingga ketika mereka pada akhirnya mengambil peran, mereka memiliki alasan yang kuat kenapa mereka harus ada di dunia ini.